• Post published:May 5, 2025
  • Post author:
  • Reading time:7 mins read
5/5 - (1 vote)

Menghitung Jasa machining udah bisa belum ? – Saya inget banget waktu pertama kali nerima job bubut dari salah satu klien kecil-kecilan. Cuma bikin poros besi diameter 20 mm, panjang 300 mm. Simple, kan? Tapi giliran dia nanya: “Mas, ongkosnya berapa?” langsung otak Saya freeze. Saya mikir, ya ampun, emang standar harga machining itu gimana sih?

Awalnya Saya ngasal. Hitung pakai feeling. Hasilnya? Ya, rugi tipis-tipis. Tapi dari situ justru Saya belajar, penting banget buat punya cara ngitung jasa machining yang bener, supaya bisnis jalan tapi tetap fair buat klien.

1. Pahami Jenis Proses Machining Dulu

Sebelum masuk ke angka-angka menghitung jasa machining, kamu harus paham dulu proses apa yang mau dikerjakan. Karena bubut manual beda banget dengan CNC. Bubut manual lebih ke tenaga operator dan waktu. Sementara CNC, Kamu harus perhitungin waktu setup mesin, programming, dan biaya penyusutan mesin juga.

Beberapa faktor yang pengaruh banget:

  • Jenis material (SS, alumunium, kuningan, dll.)
  • Tingkat presisi (biasa atau high precision)
  • Jumlah part (satuan vs massal)
  • Waktu pengerjaan (express nggak?)

2. Komponen Biaya yang Harus Diperhitungkan

Nah, ini penting. Dulu Saya kira harga jasa machining itu cuma dari waktu kerja. Ternyata enggak. Berikut komponen yang biasa Saya pakai:

a. Biaya Tenaga Kerja (Operator)

Hitung per jam. Misalnya Kamu bayar operator Rp50.000/jam, dan part butuh waktu 30 menit. Berarti Rp25.000 per part cuma dari tenaga aja.

b. Biaya Operasional Mesin

Ini agak tricky. Untuk mesin bubut manual, biasanya dihitung dari listrik, oli, dan penyusutan. CNC lebih mahal, karena Kamu harus masukin:

  • Listrik (power tinggi)
  • Maintenance (spindle, guideways, dll.)
  • Software license (kalau pakai CAM berbayar)

Rata-rata, biaya operasional CNC bisa Rp70.000–Rp150.000 per jam, tergantung mesin dan umur pakainya.

c. Setup Time

Kalau satuan, waktu setup ini penting. Misal Kamu butuh 1 jam buat setting chuck, alignment, dan zero offset, itu harus dibagi ke jumlah part.

Contoh: Kamu bikin 10 part, setup-nya 1 jam = 6 menit per part → Rp10.000 per part (asumsi waktu setup dihitung Rp100.000/jam).

d. Overhead & Margin

Kamu juga harus masukin biaya lain kayak sewa tempat, alat ukur, pendingin, dan tentu aja margin usaha. Biasanya Saya masukin margin 20–30%, tergantung ribetnya kerjaan.

3. Contoh Hitungan Sederhana

Misalnya Kamu nerima order CNC turning, bikin 5 part stainless steel. Estimasi:

  • Setup mesin: 1 jam
  • Waktu pengerjaan: 15 menit per part
  • Biaya operator: Rp60.000/jam
  • Biaya operasional mesin: Rp100.000/jam
  • Margin: 25%

Hitungan:

  • Setup: 1 jam = Rp100.000 (dibagi 5 part = Rp20.000/part)
  • Machining: 15 menit = 0,25 jam → (Rp60.000 + Rp100.000) × 0.25 = Rp40.000/part
  • Total sebelum margin: Rp60.000/part
  • Tambah 25% margin: Rp75.000/part

Jadi harga yang bisa Kamu kasih ke klien: sekitar Rp75.000 per part

Tapi pastikan Kamu juga komunikasiin kalau harga bisa naik kalau ada revisi, perubahan material, atau dimensi yang terlalu kompleks.

4. Jangan Lupa Variabel Tersembunyi!

Ini yang dulu bikin Saya rugi:

  • Alat potong cepet aus (apalagi untuk stainless dan kuningan)
  • Coolant yang boros
  • Scrap! (kalau ada part gagal)

Jadi, sekarang Saya selalu masukin buffer 5–10% dari total biaya, buat antisipasi.


Saya tahu, awal-awal emang ribet dan kadang hitungannya masih ngambang. Tapi makin sering Kamu ngerjain, makin tajam feeling dan estimasi Kamu. Apalagi kalau udah punya data dari job sebelumnya—bisa jadi acuan banget.

Tips terakhir dari Saya: Jangan takut menghitung jasa machining mahal kalau emang kerjaannya ribet. Lebih baik Kamu transparan dari awal soal cost daripada harus nambal kerugian belakangan. Kamu udah pernah rugi gara-gara salah ngitung biaya machining juga, nggak?

Author